Branda

BOLEH TIDAKNYA SELINGKUH

Aku tak tahu bagaimana rasanya saat kita mengetahui bahwa pasangan kita berselingkuh, begitupula sebaliknya dikarenakan aku belum pernah mengalaminya dan berharap bahwa hal itu tak akan pernah terjadi.

Namun ada percakapan menarik ketika aku berkumpul bersama temanku di sebuah Caffe. Kami bertiga waktu itu sedang duduk bercakap-cakap ringan dengan ditemani secangkir kopi dan sebungkus rokok. Dikarenakan waktu itu malam minggu, jadi cukup ramai pengunjung, hampir semua kursi sudah ditempati.
 
Kami sangat menikmati ketika kami saling berbagi pengalaman yang baru-baru ini terjadi. Kami sudah tak bertemu selama dua Bulan lamanya dikarenakan tempat kerja kami yang berbeda Provinsi. Kami asyik membahas pekerjaan, rencana masa depan, kabar keluarga, dan teman-teman waktu SMK, hingga sampailah pada topik percintaan, hubungan asmara antara Laki-laki normal dan Perempuan normal pula, atau apa pun kalian menyebutnya.

Kami bertiga baru berusia 20-an, baru lulus Sekolah dua tahun lalu. Jadi, secara teknis kami masihlah Pria lajang, dalam artian yang sebenarnya. Secara kebetulan juga, kami mempunyai seseorang yang dekat dan kami anggap spesial yang mempunyai tempat khusus di hati. Aku tahu siapa mereka dikarenakan Perempuan itu satu Sekolah dan satu angkatan pula denganku. Kami mempunyai prempuan spesial kami sendiri, tapi tidak memiliki setatus pacaran seperti kebanyakan orang, Karena pacaran bukan gelar yang dapat aku banggakan dan kami semua sepakat dalam hal ini.

Salah satu temanku yang sedang asyik bermain dengan asap yang kabarnya dapat membunuh itu, tiba-tiba menatapku sambil bertanya, "Bila pacar lo selingkuh, apa lo akan marah?"

Sontak saja aku terdiam, pacar pun tak punya, inginnya kuteriaki begitu, tapi aku tahu apa yang dia maksud, mungkin dia merujuk kepada perempuan yang sedang dekat denganku saat ini.

"Buat apa marah? Ya ... biarin aja toh, gak salah, kok," ujarku padanya sambil terus menjelaskan.

"Begini, menurutku selingkuh itu gak ada dalam pacaran. Pacaran itu kan pase saling mengenal untuk mencari kecocokan, jadi kalau gak cocok ya ... tinggal cari yang lain. Kalau dia pindah kepelukan orang lain lo jangan menyalahkannya, salahkan diri lo sendiri karena gak bisa cocok sama dia. Paham, menurutku selingkuh tuh cuma berlaku sama pasangan yang sudah Menikah saja."

Begitulah kataku kepada kedua temanku itu, aku pernah membaca penyataan serupa di sebuah artikel atau apa pun itu, yang pasti di sana menyebutkan bahwa selingkuh itu cuma berlaku untuk pasangan yang sudah Menikah dan aku sangat setuju akan hal ini.

Aku percaya bahwa orang-orang yang melabeli dirinya sebagai seorang pacar adalah mereka yang tak cukup mempunyai kepercayaan diri, karena pacaran sama saja mengatakan bahwa dia milik kita dan tak boleh ada laki-laki lain yang mendekatinya. Sedangkan kita belum tahu apakah dia benar-benar jodoh kita atau bukan.

Aku pernah membaca sebuah komik di mana tokoh di dalam cerita itu pernah berkata, "Dia bebas ingin dekat dengan pria manapun, bukannya aku tidak cemburu atau merasa kesal. Aku hanya cukup percaya diri, percaya bahwa dia akan kembali padaku."

Setatus pacaran akan menghalangi laki-laki lain yang juga suka terhadapnya untuk mendekat. Jadi, menurutku akan lebih baik bila membiarkan apa adanya, toh, kalau jodoh tak akan ke mana juga. Hanya saja, aku akan tetap berusaha untuk mendapatkannya tanpa merampas kebebasan yang dia miliki.

Terkadang aku juga sangat heran saat ada Perempuan yang menyebut Laki-laki dengan sebutan "Buaya Darat" dan yang lebih mengherankannya lagi adalah saat Laki-laki tersebut marah ketika mendengarnya. Apakah dia tidak tahu bahwa Buaya itu makhluk yang sangat setia kepada pasangannya? Suku betawi pun melambangkan Buaya sebagai wujud kesetiaan. Jadi, saat ada yang bilang bahwa aku adalah Buaya darat, maka aku akan bangga dengan hal itu dikarena aku termasuk pasangan setia. Iya, dong.

"Gue kurang sutuju, tuh," kata temanku yang lain. 

Okay, mari kita dengarkan, karena aku tahu dia selalu mempunyai sudut pandang yang bertolak belakang denganku.

"Kalau lo gak cocok disatu hal dan langsung mencari yang lain, maka, lo gak akan pernah mendapatkan pasangan." Dia berhenti sejenak, setelah meminum kopi yang terlihat masih hangat itu, barulah temanku ini melanjutkan perkataannya.

"Gini, kalau lo nanam Cabai, apa lo pikir dia akan berbuah hanya dengan satu malam? Enggak dong, lo harus memberikannya pupuk, menyiramnya setiap hari, dan butuh juga sinar matahari. Begitupula dengan hubungan, lo harus mau mendedikasikan waktu dan mengeluarkan usaha lebih untuk dapat memetik buahnya nanti." 

Gila, bener juga kalau ku pikir-pikir lagi. Beginilah temanku yang satu ini, dia selalu mempunyai sudut pandang miliknya sendiri yang entah karena apa, pendapatnya terkadang berbeda denganku, kebanyakan malah.

"Bener juga, ya," sahut temanku yang memulai semua ini.

"Tapi," entah kenapa dia terlihat tidak puas, "Kalau begitu, menurut gue pendapat lo berdua kurang tepat juga, deh."

Eh ... apa lagi nih anak. Aku tahu kita selalu mempunyai pendapat yang berbeda, tapi bukankah ini hampir disemua hal kita berbeda pendapat?

"Maaf ya, bukannya so suci, tapi pacaran itu gak ada di Islam, lo," ujarnya dengan percaya diri.

Okay, ternyata kita bertiga sama gilanya, tapi bener ya, pacaran tuh gak ada di Islam? Aku heran, kita selalu berbeda pendapat, tapi masih bisa ngumpul bareng kaya gini. Ya, sebenarnya justru perdebatan-perdebatan kecil seperti inilah yang selalu aku tunggu. Kalau hal seperti ini bisa disebut sebagai toleransi dan menghargai pendapat orang lain, terus kenapa masih banyak orang bertikai gara-gara hal kecil seperti ini?

samagusar

Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar