Cukup
lama, mungkin membutuhkan waktu sekitar 20 menit untuk aku bisa mendapatkan
tiket. Setelah menunggu 10 menit lagi, akhirnya film pun segera diputar. Kami dengan
buru-buru masuk ke salah satu ruangan, tapi sebelum aku dapat masuk, tiba-tiba, ada yang menggenggam tanganku dan saat aku melihat ke belakang ternyata itu salah
satu teman perempuanku tadi. Dengan wajah bete dan sedikik malu, dia berbicara
pelan hampir seperti berbisik kepadaku. “Aku kebelet nih, anatar yuk ke kamar
mandi!”
“Yaudah
sana, aku tunggu di sini.” kataku tak sabar dikarenakan tak ingin terlambat
menonton film.
“Yah,
masa tega sih. Aku kan perempuan, takut ada apa-apa nanti, " balasnya, dengan sedikit
kesal.
“Yaudah,
yuk! Cepetan tapi ya.”
“Okay. Terima
kasih!”
Aku menunggu di depan toilet wanita, sedangkan temanku sudah masuk sedari tadi. 5 menit berlalu dan belum ada tanda-tanda kalau dia akan segera keluar. Entah kenapa, padahal ujung-ujungnya sama-sama sendiri, terus apa gunanya aku di sini? Tentu saja, itu hanya kekesalanku yang tak tersampaikan ke dunia luar. Tapi aku sedikit mengerti, dalam sebuah artikel dijelaskan bahwa insting primitif manusia sama seperti hewan liar, di mana jantan atau laki-laki ada untuk bertarung, mempertahankan wilayah dan menjamin keamanan kelompoknya, sedangkan betina atau perempuan ada untuk berkembang biak dan melestarikan spesiesnya. Hal itu jugalah yang menyebabkan kenapa bentuk fisik mereka berbeda, di mana laki-laki mempunyai masa otot yang lebih banyak dibandingkan perempuan. Begitu pun perempuan, bentuk tubuhnya dirancang untuk dapat melestarikan spesiesnya. Terdengar kasar memang menyamakan kita dengan hewan, tapi sepertinya hal itu cukup masuk akal, apalagi untuk mereka yang percaya teori evolusi Darwin. "Wanita itu spesial" aku percaya dan meyakini hal ini.
“Hey, ayo. Kita pasti sudah tertinggal dari yang lain.”
Tiba-tiba saja, terdengar suara temanku yang baru keluar dari
toilet. Aku pun sontak tersadar dari lamunanku yang tak karuan itu.
Saat kami masuk ke dalam, suasana disana sudah gelap, hanya layar besar di depan kami saja yang menyala. Teman-temanku yang lain sudah duduk dikursinya masing-masing. Ketika mereka melihat kami, mereka langsung melambaikan tangannya sambil menunjuk pada kursi kosong di sebelahnya. Aku dan teman perempuanku segera duduk dan mencoba menikmati cerita, meskipun sudah sedikit tertinggal, tapi Dua jam telah berlalu tampa kami sadari. Jujur saja, filmnya luar biasa.
Sekarang kami lapar, jadi kami memutuskan untuk mencari tempat makan
terdekat, saat kami bingung mau makan di mana, salah satu temanku menyarankan
untuk makan di tempat favoritnya. Kami harus menyebrang jalan untuk sampai ke sana.
Saat menyebrang jalan, tanpa sadar aku sudah menggenggam tangan teman
perempuanku tadi. Awalnya dia terlihat kaget, tapi lama-kelamaan wajahnya mulai
menunjukan kelegaan. Harus kalian tahu bahwa Ini bukanlah modus. Percayalah,
aku bersunggung-sungguh. Ekhm ….
Sampai
di mana kita tadi? Oh … ya. Okay, jadi kalau kita menyangkut pautkan pada teori
tadi tentang insting primitif manusia, maka tindakanku ini bisa dikatakan
sebagai upaya untuk melindungi teman wanitaku itu. Kita sebagai laki-laki,
sudah tertanam diotak kita bahwa wanita itu penting, bahwa dia harus selalu
kita lindungi, dan alam bawah sadar kita pun secara refleks akan bersikap
lembut kepada mereka. Sejujurnya hal-hal inilah yang membuatku tidak terlalu percaya
pada kesetaraan gender, kalau aku boleh menyebutnya, maka itu adalah omong
kosong belaka. Tentu, ini hanya opini pribadiku saja. Bukannya aku seseorang yang menganut Patriarki. Nyatanya dalam beberapa hal tertentu aku sangat setuju
tentang persamaan gender ini, seperti kesamaan dalam mendapatkan pendidikan,
pekerjaan, hak untuk ikut terlibat dalam
politik, dan penggunaan pasilitas publik. Termasuk juga tidak adanya kekerasan dan diskriminasi,
tentu saja.
Tapi
dalam hal kesamaan secara sosial, aku punya pendapat berbeda di beberapa poin.
Kita sepakat bahwa diskriminasi, eksploitasi, dan kekerasan terhadap perempuan
itu salah dan harus segera diatasi. Bukan hal itu yang aku maksud, yang ingin
aku sampaikan adalah, benarkah para perempuan itu sendiri tidak mau di
eksploitasi?
Ini
pandangan pribadiku sebagai seorang pria, sekarang aku banyak melihat perempuan
yang dipandang hanya sebagai objek belaka. Tentu laki-laki banyak salah di
sini, tapi aku melihat ada beberapa poin yang tak banyak disadari oleh
perempuan. Seperti, Apakah benar saat wanita berdandan dan memakai pakaian
seksi itu hanya untuk dirinya sendiri? Apakah benar mereka ingin disetarakan
dalam segala aspek kehidupan? Dan apakah menurut kalian para model dan Miss
universe itu bukan bentuk dari eksploitasi wanita? Kalau kalian merupakan
seorang perempuan, tolong bantu aku menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut. Dikarenakan
pendapat ini datang hanya dari kacamata seorang pria yang sering dikatakan tak
mengerti wanita.
Saat
wanita berias diri, aku yakin mereka ingin dilihat dan dikatakan cantik oleh
orang lain, baik oleh lawan jenis ataupun bukan. Begitupula saat mereka
mengenakan pakaian yang menampilkan lekuk tubuhnya, bukankan mereka ingin
dikatakan seksi dan mempunyai tubuh yang proposional? Sangat jangan dan aku
pribadi tak pernah mendengar atau melihat seorang wanita berdandan hanya untuk
berdiam diri dirumahnya saja. Aku juga
tak pernah mendengar teman perempuanku bergosip tentang memakai baju seksi
sambil mengenakan bedak dan lipstic gelamor saat berdiam diri di dalam kamarnya.
Maksudku, bukankah hal ini membuktikan bahwa sebenarnya wanita itu senang saat
dijadikan sebagai objek dari kekaguman dan keindahan?
Selanjutnya, kalau mereka memang ingin disetarakan dalam segala aspek, terus kenapa setiap ada yang mengantre hampir selalu kami para pria yang melakukannya, sedangkan perempuan duduk berkaca sambil melihat apakah ada make upnya yang luntur atau tidak.
Penomena ini sudah sering terjadi dan kami para pria tak pernah terganggu saat melakukah hal itu, kenapa? Dikarenakan kami menganggap kalian para perempuan itu spesial, dan aku yakin perempuan pun ingin dianggap dirinya spesial. “Ah .. terus kenapa masih banyak kekeras yang terjadi terhadap wanita?” Nah, bila kalian bertanya kepadaku, makan aku pun tak tahu jawabannya. Aku yakin diantara perempuan pun ada yang bajingan begitupula diantara pria, tapi ayolah … bro, kita tidak bisa memukul rata dalam aspek apapun, okay. Baiklah mari kita ralat, kita akan menyebutnya seperti ini, rata-rata pria menganggap wanita itu spesial, begitu pula wanita, rata-rata mereka merupakan orang yang baik hati.
Secara naluriah, kami, para pria akan bersikap lembut kepada para perempuan dan cenderung ada rasa ingin melindungi. Maka, benarkah kalau kalian ingin disetarakan dalam berbagai aspek kehidupan? Dan tentang Miss Universe, yah … kalian dapat menyimpulkannya sendiri. Maksudku, bukankah sudah jelas bahwa wanita di sana dijadikan sebagai objek kecantikan dan disaksikan hampir oleh seluruh orang di dunia.
Maka dari itu aku pribadi perbendapat
bahwa kesetaraan gender itu tidak harus berlaku disemua aspek kehidupan. Mau secara sadar ataupun tidak, mau mengakuinya ataupun tidak, nyatanya, kita semua tak akan pernah setara. Setidaknya itulah yang aku percaya.
Kembali
lagi ketika saat aku menyebrang jalan. Teman wanitaku sudah memegang tanganku
dengan erat, sensasi hangat dari tubuhnya itu jujur saja membuat suasana hatiku terasa
manis. Aku bahkan sekarang sudah membawakan tasnya yang terlihat menggangu.
Sesampainya di tempat makan, aku segera menyiapkan tempat duduk dan bahkan
memesankan makanan untuknya. Aku tersenyum sambil melambaikan tangan sebagai
tanda bahwa semua ini bukanlah masalah, sedangkan dia hanya membalas dengan senyuman
cantik namun terlihat lucu, dia berkata tanpa suara yang hanya dapat kutebak
dari gerak bibirnya saja, “Terima kasih!” Oh ... ayolah, yang benar saja, sepertinya aku tidak akan mampu melupakan senyuman indah dan lucu itu.l
Tidak ada komentar:
Posting Komentar