Di situasi yang semakin tak menentu ini, dikala inflasi yang gila. Dibalik berisiknya gonggongan anjing-anjing dunia maya. Disaat menjalani rutinitas yang membosankan dengan penuhnya tekanan dari bunga pinjol. Lihatlah, orang-orang fomo yang takut ketinggalan trend. Ok, baiklah. Apakah hal ini sudah cukup menggambarkan keadaan sekarang? entah harus bagaimana aku menyebutnya.
Intinya, di situasi yang seperti sekarang ini, hiburan terasa cukup penting. Bila ada sesuatu yang dapat membuat kita bahagia dengan cara yang sederhana, kenapa kita tidak lakukan. (Tentunya selama masih dalam koridor yang tidak melanggar norma dan hukum yang berlaku.)
Semakin ke sini, semakin aku merasa bahwa Anime maupun Manga terasa membosankan. Sebagai seseorang yang sudah cukup lama mengikuti industri ini, aku cukup dibuat khawatir. Belum lagi, anime dan manga merupakan faktor utama yang membuatku melek baca. Jadi, apakah hanya aku yang merasa seperti ini?
Entah kalian sependapat ataupun tidak, tetapi sejak Covid-19 industri Anime terasa semakin merosot dalam hal kualitas cerita. Seperti alur dan penokohannya. Tentu, ini bisa saja bersifat sangat subjektif.
Sedari kecil aku sudah disuguhi tayangan Anime di televisi swasta. Saat itu aku mungkin baru berumur 7 tahun. Di setiap hari minggu, di jam 6 pagi aku sudah akan duduk di depan Televisi menyaksikan Dragon Ball, One Piece, Naruto, Blach, Yu Gi Oh dll.
Aku masih ingat, Anime pertama yang kuikuti sampai tamat adalah Naruto. Meskipun sekarang sudah ada kelanjutannya, tetapi aku sudah tidak mengikutinya lagi, jujur saja, Boruto terasa membosankan. Sekarang aku hanya mengikuti Manga One Piece saja. Nonton Anime pun sudah sangat jarang.
Setelah adanya genre Isekai, cerita Anime jadi begitu-begitu aja. Bahkan aku melihat bahwa Komik asal Korea Selatan atau yang lebih dikenal sebagai Manhwa terasa lebih menarik dibandingkan Manga yang monoton. Ya … Negara ini sangat powerful di bidang industri kreatif, bukan hanya K-pop dan K-Dramanya saja yang mendunia, bahkan Manhwanya pun cukup digemari.
Bukti bahwa Manhwa dapat menjadi pesaing berat adalah dengan semakin banyaknya Manhwa bermunculan yang ceritanya lebih Fresh dibandingkan genre Isekai. Contohnya adalah Manhwa Solo Leveling.
Nah, yang aku khawatirkan adalah bagaimana bila Industri Anime ini terus stagnan atau malah merosot. Dengan sebegitu besarnya Industri ini, dengan fanbase yang mendunia sulit untuk membayangkan bahwa industri ini akan runtuh dalam waktu dekat. Pada tahun 2021, total pendapatan industri ini sebesar 249,582 miliar yen (sekitar Rp 27.421.075.874.829). Pendapatan tersebut lebih rendah 5% dari tahun sebelumnya.
Untuk lebih lengkapnya kalian dapat membacanya di, titipjepang.com
Ekhm, Kembali ke topik. Ahh … setelah mengetahui fakta tersebut, aku menjadi yakin bahwa perasaanku tidak sepenuhnya salah. Setelah menonton video Guru Gembul, aku juga mendapatkan informasi-informasi baru. Dalam videonya itu, Beliau menyebutkan bahwa salah satu faktor yang mendorong penurunan ini adalah dikarenakan adanya generasi yang hilang atau Lost Decade. Untuk lebih jelasnya, silahkan menontonnya di Channel Youtube Guru Gembul.
Dan begitulah kegelisahanku sebagai seseorang yang mengkonsumsi Anime dan Manga. Tapi, dibalik kegelisahanku ini, aku melihat sebuah peluang, sebuah harapan untuk industri film dan komik atau apapun yang sejenisnya. Dengan Industri anime yang adidaya mengalami kemunduran, aku berharap akan semakin banyak film dan komik karya anak bangsa yang bisa mendunia.
Aku cukup percaya diri melihat bagaimana perkembangan yang baik di perfilman Indonesia akhir-akhir ini. Bahkan aku cukup terkejut ketika mengetahui bahwa Animasi karya Anak Bangsa yang berjudulThe Beachbuds dibeli oleh Warner Bros. Ini merupakan bukti bahwa karya-karya kita dapat Go International. Oh, iya. Aku juga tengah menantikan film Sri Asih yang tidak lama lagi akan tayang. Ya … begitulah. Semoga Industri Kreatif di Indonesia bisa terus membaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar