Branda

Berhentilah Berpura-pura Menjadi Korban

 "Ah … hidup ini melelahkan."

"Ah … pekerjaan ini membosankan."


"Kau tahu tidak, Bosku terlalu menuntut dan keras kepala."


"Gara-gara dia aku jadi dimarahi dan gara-gara dia juga aku jadi tidak bisa menyelesaikan tugasku."


"Apa? Berolahraga? Tidak, aku terlalu capek bekerja."


"Apa? Membaca? Sorry, waktuku habis di Kantor. Seorang Pegawai sepertiku memang selalu tertindas."


Meskipun sedikit ekstrem dan cenderung melebih-lebihkan, tetapi kalimat di atas mungkin sudah sering kita dengar, terlalu sering malah, atau justru kita sendirilah yang malah suka mengeluarkan kalimat-kalimat bodoh tersebut.


Aku yakin kita pernah bertemu orang yang pekerjaannya sedikit-dikit mengeluh, sedikit-dikit menyalahkan orang lain. Aura negatif yang dibawanya sering membuat kita tidak nyaman. Ketika diberikan kritik dan nasihat ia malah menganggapnya sebagai serangan. Apa sih maunya orang ini? Apakah ia gila perhatian? Berhentilah berpura-pura menjadi korban.


Victim mentality atau mentalitas korban adalah kondisi ketika seseorang selalu merasa dirinya sebagai korban dari segala kondisi dan situasi yang terjadi di sekitarnya. Mereka secara konsisten akan menyalahkan orang lain atau situasi dan merasa tidak memiliki kontrol atas masalah yang dihadapi.


Kalau ingin mengetahui lebih lengkap silahkan kunjungi alodokter.com dikarenakan bukan kapasitas untuk membicarakan hal ini. 


Yang ingin aku bicarakan adalah mereka yang suka mengeluh tanpa adanya usaha terlebih dahulu. Mereka yang suka menyalahkan orang lain hanya karena itu cara termudah menghindari tanggung jawab. Bosan gak sih ketika bertemu orang yang selalu mengucapkan kalimat keluhan. Muak gak sih kalau ada teman kita yang suka menyalahkan orang lain.


Ketika ia mengatakan bahwa pekerjaannya terasa begitu melelahkan, capek dan mulai berkata-kata buruk tentang atasannya. Pulang lembur ngeluh, ada masalah langsung menyalahkan pihak lain, terus berkomentar tanpa melakukan tindakan nyata apapun. Berhentilah sejenak dan ambil cermin kemudian tatap dengan tajam dan tanyakan, "Apakah benar semua masalah di hidupku disebabkan oleh pihak luar?" atau "Butuh berapa ratus ribu kata keluhan untuk dapat menyelesaikan masalahku?" Kalau tidak ada cermin di rumah maka belilah terlebih dahulu atau pinjam yang punya tetangga, mungkin.


Pada abad ke-17 ada peristiwa yang namanya The Black Death of Child Birth. Pada saat itu, 70% Wanita yang melahirkan meninggal hanya dalam selang waktu 24 jam setelahnya. Hal ini terjadi hampir selama 100 tahun. Selama waktu itu berbagai upaya telah dilakukan, sayangnya semua upaya itu nihil. Hingga ada seseorang yang bernama Oliver Wendell Holmes mengatakan bahwa masalah ini terjadi dikarenakan para Dokter tidak mencuci tangan dengan cukup bersih. Tentu saja ia ditertawakan oleh semua Dokter kala itu. Mereka berpikir, tidak mungkin masalah sebesar ini disebabkan oleh hal sepele seperti itu, kan. Sampai 30 tahun setelah itu, para Dokter mulai berpikir bahwa mungkin benar semua ini disebabkan oleh kurang bersihnya mereka dalam mencuci tangan dan benar saja, setelah itu The Black Death of Child Birth hilang.


Jadi, balik lagi ke topik awal, terkadang ketika ada masalah mungkin penyebabnya adalah diri kita sendiri. Bukan teman, keluarga, apalagi orang-orang di dunia maya. Mari belajar untuk intropeksi diri mulai dari sekarang. Aku juga mulai bertanya-tanya, "Mungkinkah selama ini tanpa disadari aku pun terlalu fokus kepada pihak luar?


Yah … Inilah keresahan yang kualami minggu ini. Sebenarnya aku menulis semua ini untuk pengingat akan diriku bila mulai kehilangan arah. Ok, sampai jumpa. 



samagusar

Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar