Branda

Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat



Kali ini, aku akan mereview salah satu buku populer dan paling laris dari Mark Manson yang berjudul, Sebuah Seni Untuk Bersikap Bodo Amat.

Buku ini adalah buku self Improvement pertama yang aku baca, khususnya untuk penulis luar, sekaligus yang mengantarkan dan yang membukakan pintu sehingga aku sekarang lebih banyak membaca buku nonfiksi daripada fiksi.


Okay, pertama-tama perlu kalian ketahui bahwa Mark Manson merupakan salah satu penulis favoritku sehingga pembahasan kali ini mungkin akan cenderung subjektif. Ya … begitulah, ayo kita mulai.


Seperti judul bukunya, buku ini membahas tentang bersikap cuek dan jangan peduli dengan apa yang bukan urusan kita atau terhadap sesuatu yang tidak penting. Karena sebenarnya saat kita memutuskan untuk peduli terhadap sesuatu, disaat yang bersamaan kita juga tidak memperdulikan hal lainnya. Jadi, bila kepedulian kita tidak bisa mencakup segala hal, bila energi kita tidak memungkinkan untuk dapat menyelesaikan segala permasalahan, maka bukankah bijaksana untuk hanya peduli pada apa yang penting dan mendesak bagi kita.


Salah satu poin utama yang disampaikan dalam buku ini adalah bahwa memikirkan terlalu banyak hal yang sebenarnya tidak penting dan tidak bisa kita kendalikan hanya akan membuang-buang waktu dan energi kita. Dalam era informasi yang penuh distraksi seperti sekarang ini, pesan ini menjadi semakin relevan, bukan? Mark Manson mengajak kita untuk mengalihkan fokus kita ke hal-hal yang lebih penting dan memiliki nilai sejati dalam hidup kita.


Inti dari buku ini sebenarnya mengarahkan agar kita jangan terlalu peduli dengan banyak hal; tapi peduli dengan lebih sedikit, peduli hanya pada apa yang benar, mendesak, dan penting.


Buku ini ditulis dengan bahasa yang lugas dan tajam, sesuai dengan gaya penulisan yang telah menjadi ciri khas Mark Manson. Ia menggunakan humor dan kata-kata yang tegas untuk menyampaikan pesannya. Namun, di balik gaya penulisannya yang provokatif, terdapat pemikiran yang mendalam dan pengamatan yang cerdas tentang kehidupan modern.


Salah satu aspek yang aku kagumi dari buku ini adalah keberanian Mark Manson dalam mengajak kita untuk melihat ke dalam diri sendiri dan mempertanyakan nilai-nilai yang kita pegang teguh. Ia mendorong kita untuk mengeksplorasi apa yang benar-benar penting bagi kita dan berhenti terlalu memikirkan penilaian orang lain. Dalam masyarakat yang seringkali menghargai pencapaian dan popularitas, pesan ini sangat penting untuk diingat.


Buku ini juga menawarkan sebuah argumen yang menurutku sangat menarik, di salah satu bab dalam buku ini terdapat sebuah kisah yang menceritakan tentang Hiroo Onoda yang merupakan Letnan dua dari angkatan darat kekaisaran Jepang di Perang dunia kedua. Singkat cerita, Onoda terpaksa hidup di dalam hutan belantara di lubang Filipina selama kurang lebih 30 tahun. Diceritakan bahwa Onoda tidak menyesali apapun dalam hidupnya itu bahkan meskipun ia harus menghabiskan 30 tahun hidupnya di dalam hutan dengan hanya makan serangga.


Mark manson mengatakan bahwa penderitaan Onoda bermakna sesuatu dan karena memiliki arti, maka ia mampu menanggung derita dan bahkan mungkin menikmatinya.


Akhir kata, aku merekomendasikan buku ini kepada mereka yang mencari pandangan yang segar tentang kehidupan, kebahagiaan, dan arti hidup. Namun, ingatlah bahwa ini hanyalah salah satu perspektif, dan setiap orang memiliki pandangan unik mereka sendiri tentang kebahagiaan.


Terakhir, kali ini benar-benar terakhir. Ingatlah, Mark Manson dalam buku ini pernah berkata, "Jika penderitaan tidak bisa ditolak. Jika permasalahan dalam hidup kita tidak bisa dihindari. Pertanyaan yang harus diajukan buka, bagaimana saya menghentikan penderitaan? tapi, mengapa saya menderita dan untuk tujuan apa?"


Okay, terima kasih! 

samagusar

Bukan siapa-siapa, hanya manusia biasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar